Dulu, sebelum kuliah di ITS, dalam bayangan saya mahasiswa ITS itu kece-kece, pintar, asik, persis seperti yang digambarkan dalam film Jomblo lah kira-kira. Dan setelah saya kuliah di sini, ternyata apa yang saya bayangkan tidak semuanya benar. Mahasiswinya yang cantik gak banyak, tapi banyak bangeeettttttt. 😀 Hehe. Bercanda.

Setelah sekian lama berada di sini, saya perhatikan ada beberapa budaya dari mahasiswa ITS yang tidak saya temukan di beberapa kampus lain. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, mahasiswa ITS itu:

1. Punya Banyak Sekali Jaket
Teman-teman saya yang kuliah di Unair, Unesa, UB, UM, IAIN, UIN, dan beberapa kampus lain biasanya hanya punya jaket angkatan dan jaket himpunan. Sedangkan saya punya lebih dari 5 jaket dari kampus. Di jurusan saya sendiri, setidaknya ada 7 model jaket yang bisa kalian temukan. Karena masing-masing lab biasanya membuat jaket. Dan selain itu masih ada jaket himpunan dan jaket kajian jurusan. Itu masih dalam level jurusan. Belum lagi kalau kita aktif dalam BEM fakultas, BEM institut, organisasi mahasiswa ekstra kampus, ataupun organisasi-organisasi lain seperti perkumpulan mahasiswa daerah, atau penerima beasiswa tertentu. Bisa dibayangkan, berapa jumlah jaket yang akan kita punya selama jadi mahasiswa? Kalau dirata-rata, mungkin setiap mahasiswa ITS punya setidaknya 5 model jaket dari kampus.

2. Suka ‘nginep’ di Kampus
Mahasiswa ITS itu biasanya suka ‘nginep’ di kampus. Kalau masih tahun pertama biasanya masih belum seberapa betah di kampus. Baru memasuki tahun kedua atau ketika mahasiswa sudah mulai menjadi admin lab satu per satu mulai ada yang rajin bermalam di lab. Bagi teman-teman saya yang kuliah di kampus lain, menginap di kampus mungkin suatu hal yang aneh. Teman-teman saya yang kuliah di Unair, Unesa, dan IAIN hampir tidak ada yang suka ‘nginep’ di kampus. Entah karena tidak ada tempat yang bisa digunakan untuk menginap atau karena alasan lain yang tidak saya tahu, yang jelas mereka hampir tidak pernah menginap di kampus.

Koneksi internet dan AC mungkin salah satu faktor utama mengapa banyak sekali mahasiswa ITS yang suka bermalam di lab. Bahkan tidak jarang ada mahasiswa yang sampai bawa handuk dan perlengkapan mandi di kampus. (kos-kosan?)

3. Arogansi Jurusannya Cukup Tinggi
Pengkaderan sedikit banyak membawa pengaruh dalam hal arogansi ini. Meski akhir-akhir ini semangat arogansi jurusan sudah mulai dikurangi, saya merasa selalu ada persaingan antar jurusan. Seperti di jurusan saya misalnya, teknik informatika. Sampai sekarang mahasiswa jurusan saya selalu merasa tidak nyaman ketika berdampingan dengan mahasiswa sistem informasi. Padahal teknik informatika dan sistem informasi berada dalam fakultas yang sama. Masing-masing jurusan selalu ingin tampil menonjol dibandingkan jurusan lain, apalagi yang keilmuannya hampir sejenis. Kalau ingin membuktikan poin yang satu ini, silakan datang pada acara wisuda di ITS.

Tapi sepertinya arogansi jurusan ini perlahan mulai dikurangi dan dihilangkan oleh BEM institut. Karena banyak di antara civitas akademika sudah mulai sadar bahwa semangat kebersamaan jauh lebih utama dan jauh lebih banyak membawa kebermanfaatan.

4. Kurang Suka Bersosialisasi
Kebanyakan orang pintar itu memang biasanya gitu sih ya. Suka asik dengan dunianya sendiri. Hehe. Dan mungkin karena alasan ini pula banyak yang bersikukuh untuk mempertahankan pengkaderan. Saya sendiri sebenarnya tidak begitu mempermasalahkan pengkaderan. Tapi jujur, kadang saya merasa pola pengkaderan yang terkesan mengintimidasi justru malah menjadi bumerang bagi tujuan pengkaderan itu sendiri. Mahasiswa-mahasiswa baru yang merasa tertekan dan terintimidasi ketika mengikuti pengkaderan pada akhirnya akan merasa takut untuk sekadar ngobrol santai dengan kakak angkatan mereka. Dan pada akhirnya, akan muncul jarak antar angkatan.

Pengkaderan itu memang perlu dipertahankan. Saya setuju, karena inilah identitas yang membedakan ITS dengan kampus lainnya. Tapi sebaiknya pola pendekatannya diubah dan disesuaikan dengan kondisi zaman.

5. Tidak Suka Pakai Jas Almamater
Tidak seperti mahasiswa kampus-kampus lain yang masih suka memakai jas almamater pada hari-hari kuliah, mahasiswa ITS hanya akan memakai jas almamater kalau pas acara-acara resmi. Dan mungkin karena ini pula, saya dan teman-teman merasa aneh ketika melihat Vino G. Bastian memakai jas almamater ketika memerankan seorang mahasiswa ITS dalam film Air Mata Terakhir Bunda yang sempat saya tonton bulan lalu.

6. Suka Naik Sepeda Kalau ke Kampus
Kalau yang ini sih masih dalam angan-angan. Hehe.
Semoga ke depan mahasiswa ITS dikenal bukan hanya sebagai pribadi yang cerdas, ulet, dan kreatif seperti slogan lamanya, CUK,  melainkan juga dikenal sebagai pribadi yang jujur dan cinta lingkungan.

Mungkin sampai sini dulu ya.
Ada tambahan lagi gak kira-kira?

14 responses to “Mahasiswa ITS Itu…”

  1. kak, apakah di its itu mahasiswa bisa masuk ke kelas matkul yang bukan bidangnya?

  2. Saya masih kelas 2 SMA dan saya pengen banget masuk ITS jurusan teknik informatika. Tapi kemarin ajah di sekolahku yang masuk ITS cuman 2 orang lewat SNMPTN. Hmm kalau info dari mas-mas yang dateng ke sekolahku waktu promosi even, lewat SNMPTN itu bejo bejoan ya? Hmmm mungkin mas ada saran?

    1. Kalau SNMPTN emang nggak jelas penilaiannya seperti apa, karena masing-masing sekolah mempunyai predikat tertentu di kampus-kampus negeri. Makanya nggak mengherankan kalau yang diterima melalui jalur SNMPTN kebanyakan emang lulusan sekolah yang sudah “punya nama”.

      Kalau saranku sih, daripada terlalu berharap pada SNMPTN, mending kamu menyiapkan diri untuk SBMPTN. Karena kalau SBMPTN kan jelas, ada soalnya dikerjain. Terus keluar hasilnya. Jadi, kamu bisa persiapan dengan latihan soal sebanyak mungkin sebelum pelaksanaan SBMPTN. Gitu sih kalau saranku.

      Semoga bisa membantu, ya. 🙂

      1. Jefry Dewangga Avatar

        Hmm makasih mas sarannya, oh jadi emang SNMPTN itu penilaiannya kurang jelas dan mungkin berdasarkan sekolah-sekolah yang udah punya nama ya? Ane juga merasa gimana gitu pas denger kata kepsek ane kalau sekolah ane itu kena blacklist dari ITS. :3

        Hmmm kalau soal SBMPTN itu agak susah ya mas? Katanya lebih susah dari soal UN ya?

        Jalur mandiri itu gimana sih mas? Udah banyak baca ane tapi masih kurang ngerti gimana sistemnya.

        Maaf mas banyak nanya, ane bener bener pengen banget masuk teknik informatika ITS nih. :3

      2. Bukan kurang jelas sih lebih tepatnya. Tapi hanya panitia saja yang tahu apa saja kriterianya.

        Kalau SBMPTN kan jelas, kalau ngerjakan soal benar dapat +4, nggak dijawab 0, salah -1.

        Kalau Mandiri itu seleksinya hampir sama kayak SNMPTN. Cuma seleksi berkas aja. Bedanya, jalur mandiri biaya masuk dan SPP-nya mahal.

      3. Jefry Dewangga Avatar
        Jefry Dewangga

        Hmmm iya wes makasih banyak mas semua infonya buat pertimbangan saya nantinya, oh ya mas mungkin ada akun fb gitu biar saya kalau butuh lagi bisa tanya2. 🙂

  3. Yohana Dizca A Avatar

    Pengen banget jadi mahasiswa ITS, semoga diterima di ITS ya Allah, aamiin 🙂

  4. jadi pengen banget bangetttt masuk its. semoga aja tahun ini lulus dan bisa ngeliat secara langsung gimana anak its itu:)

    1. Amiin. Silakan main-main ke ITS biar tahu gimana atmosfer ITS secara langsung.

  5. Pesen pemateri pas gerigi :
    hilngkan tradisi mulek di hima
    pengkaderan yg bermanfaat

  6. aku malah gak duwe jaket opo2 mas. hahaha

  7. ane tambahin gan..
    1. knapa banyak jaket, krn tiap tahun membuat jaket baru (beda desain atau warna). kepengurusan baru, jaket baru..
    2. haha iya gan, nginep gara2 wifian gratis. cuman pas tahun 2009an, di its ada aturan jam malam. diatas jam 11 (klo gk salah), SKK bakal sweaping. mahasiswa yg ada di kampus suruh pulang. klo ane ama tmen2 ngakali ngumpet di ruang hima..
    skrng udah gk ada lgi kyaknya jam malam..
    3. salah satu efek pengkaderan, arogansi jurusan.. -_- *kudu dibenahi*
    4. idiom
    5. ane malah gk punya jas almamater.. -_-
    6. hha, di kampus mah lbih banyak parkir speda motor ktimbang speda.. -_-

    vivat ITS..

Leave a reply to @kamuitubeda Cancel reply